Gambaran Umum Photodynamics Therapy (PDT) : Sebuah pengantar dalam dunia Fisika Medis
Photodynamic Therapy (PDT) adalah terapi penyembuhan (kanker, tumor, ataupun penuaan kulit) dengan menggunakan obat yang teraktivasi oleh cahaya (Photosensitizer). Langkah pertama yang dilakukan adalah memasukkan photosensitiser ke dalam tubuh, baik secara lokal maupun sistemik sehingga photosensitizer
tersebut tepat berada pada sel kanker yang akan dimusnahkan. Setelah
jeda beberapa waktu (mulai dari menit hingga beberapa hari) sesuai
dengan biodistribusi optimum, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah
menyinari bagian tubuh yang diterapi dengan menggunakan sebuah sumber
cahaya (cahaya bisa berupa cahaya tampak, laser, maupun inframerah, yang
sesuai dengan panjang gelombang yang tepat yang dapat mengaktivasi photosensitizer). Photosensitizer akan menyerap energi cahaya, kemudian akan terjadi proses fotokimia.
Proses fotokimia dimulai sesaat setelah photosensitizer mengarbsorbsi cahaya. Keadaan dasar photosensitizer () akan naik pada keadaan tereksitasi (). Elektron Photosensitizer
yang berada pada keadaan tereksitasi ini secara alami akan kembali
menuju keadaan dasarnya dengan cara emisi fluoresensi maupun dengan “Intersystem crossing” menuju keadaan triplet ().
Proses dari keadaan triplet menuju keadaan dasar sepenuhnya merupakan
proses mekanika kuantum yang terjadi dalam selang waktu kira-kira
mikrodetik. Proses ini disertai dengan pertukaran energi dengan keadaan
dasar molekul oksigen () yang akhirnya akan menghasilkan oksigen keadaan singlet ().
bersifat sangat reaktif, molekul inilah yang akan menghancurkan sel
kanker yang terjadi dalam proses biologi baik secara apoptosis maupun
nekrosis.
Gambar: Mekanisme Photodynamic Therapy
(PDT) di dalam tubuh manusia yang meliputi proses fotofisika, fotokima,
dan juga efek biologis yaitu pembunuhan sel kanker (tumor).
Studi mengenai mekanisme perambatan
cahaya, dimulai dari cahaya yang dihasilkan oleh alat terapi, kemudian
merambat pada jaringan tubuh manusia, hingga sampai pada photosensitizer
menjadi sesuatu yang sangat penting. Apabila mekanisme ini dapat
dijelaskan secara sistematis berdasarkan metode ilmiah, kita dapat
menentukan perambatan cahaya yang baik, sehingga cahaya dapat sampai
pada photosensitizer secara optimum dengan kehilangan energi
yang minimum, mendapatkan efek fotokimia secara optimum, yang akhirnya
akan mendapatkan efek bilogis dengan penghancuran sel kanker juga secara
optimum pula. Selain itu, kita dapat menentukan penggunaan jenis cahaya
yang sesuai, “set up” alat yang baik, sehingga PDT dapat dilakukan dengan hasil yang optimal.
Penelitian yang telah banyak dilakukan
adalah berdasarkan eksperimen, sehingga hasil yang diperoleh adalah
data-data empiris, yang belum tentu sesuai pada lingkungan laboratorium
yang berbeda. Perlakukan “trial and error” ini sangatlah tidak
efisien karena tidak memiliki model yang baku, sehingga untuk kasus
penyakit kanker yang berbeda pasti ada perlakukan yang berbeda pula,
bahkan mungkin dua orang yang memiliki penyakit yang sama akan diberi
perlakuan yang berbeda. Oleh karena itu, model mekanisme perambatan
cahaya haruslah dibuat.
Model matematis yang sudah ada dalam menjelaskan mekanisme tersebut adalah “Radiation Transport Equation”
(RTE) yang berdasarkan pada koefisien interaksi dan sifat-sifat optis
jaringan yang terdapat kanker. Namun karena sifat-sifat optis dari
jaringan sangat sulit untuk ditentukan secara pasti, walaupun dalam
beberapa referensi sudah memberikan data-data tersebut, tetapi karena
keakuratan data yang tidak dapat dijamin, sehingga penyelesaian RTE
menjadi sulit untuk dilakukan.
Metode lainnya dalam menyelesaikan
permasalahan ini adalah dengan menggunakan model monte carlo yang
dilakukan dengan simulasi komputer. Metode monte carlo secara luas
digunakan dalam dosimetri radiasi ionisasi, metode ini menggunakan
sejumah foton yang berinteraksi dengan jaringan yang hasinya di-skor-kan
ke dalam masing-masing elemen volume (dalam metode ini, cahaya dianggap
sebagai paket-paket cahaya yang dinamakan dengan foton) dan keakuratan
dari estimasi monte carlo tergantung dari jumlah foton yang digunakan
untuk simulasi. Semakin banyak jumlah foton yang digunakan maka semakin
akurat pula hasilnya, namun penggunaan foton yang sangat banyak akan
berimbas pada konsumsi waktu yanng banyak dan juga perangkat komputer
yang canggih. Metode ini sangat berguna untuk menghasilkan solusi eksak
yang dapat digunakan untuk memeriksa keakuratan dari perhitungan RTE.
Metode alternatif lainnya adalah dengan
menyelesaikan RTE itu sendiri secara numerik. Dalam metode koordinat
diskret, variabel arah dan posisinya dibuat diskret dan sistem persamaan
dibangkitkan dari RTE yang kemudian diselesaikan secara numerik untuk
mengestimasi tingkat radiasi dan fluensi.
Dengan harapan bahwa mekanisme perambatan
cahaya di dalam jaringan tubuh dapat dibuatkan modelnya secara baku,
yang akhirnya penggunaan jenis cahaya, “set up” alat terapi,
dosis, dan hal-hal lain yang diperlukan dalam PDT dapat ditentukan
secara pasti. Sehingga PDT dapat dilakukan secara optimal dan efisien
Fisika benar-benar menakjubkan. Bayangkan saja hanya dengan menggunakan konsep cahaya kita dapat melakukan terapi penyembuhan (kanker, tumor, ataupun penuaan kulit). Mungkin jika kita lebih belajar lagi tentang ilmu fisika maka kita akan memahami bahwa fisika benar-benar ilmu yang ajaib...
BalasHapusIya, jadi Anda jangan khawatir.. asalkan ada biaya untuk berobat dengan peralatan yg cukup modern insyaAllah kanker bisa di atasi..
BalasHapusDan lebih bersyukur lagi ternyata ilmu fisika dapat mencarikan jalan keluar untuk dunia medis dalam mengobati pexakit yg berbahaya...