Simulasi Monte Carlo: Sebuah Pendekatan Numerik dalam Penelitian Fotodiagnosa Kanker
Simulasi Monte Carlo
Organisasi kesehatan dunia WHO
menyebutkan bahwa kanker telah menjadi penyebab utama kematian penduduk
dunia. Terdapat 7,6 juta kematian yang disebabkan oleh kanker pada tahun
2008.Untuk mengurangi angka kematian tersebut, deteksi dini terhadap
penyakit kanker menjadi sesuatu yang penting. Semakin dini gejala
kanker diketahui maka pengobatan menjadi semakin mudah dan angka
kematian dapat ditekan.
Bagaimanapun, deteksi secara tradisional
seperti biopsi yang merupakan diagnosa secara invasif memiliki resiko
tinggi karena harus melakukan pembedahan. Diagnosa spektroskopi optis
menjadi sebuah pilihan yang tepat, yaitu sebuah pendeketan non-invasif,
di mana dapat mendeteksi perubahan biokimia dan morfologi tubuh.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Cheng-Lun Tsai dan kawan-kawan, menyebutkan bahwa perkembangan
terkini dari teknologi fotoelektrik menyebabkan perkembangan yang cepat
pada optika biomedik. Pengukuran secara optis memiliki keuntungan dari
sisi minimal invasif dan tidak ada permasalahan elektrik. Namun,
aplikasi optika medis membutuhkan banyak pengetahuan dalam jalur dan
distribusi cahaya dalam tissue. Tissue adalah jaringan biologi. Pemakaian istilah tissue digunakan agar bisa dibedakan dengan pengertian jaringan lain, seperti jaringan komunikasi.
”Bagaimana cahaya didistribusikan dalam tissue selama perambatan?” Karena distribusi cahaya dalam tissue bergantung pada sifat-sifat optisnya, selain itu tissue memiliki sifat optis yang tak homogen sehingga perambatan cahaya menjadi sangat kompleks. Kompleksitas tissue ini menjadi tantangan tersendiri dalam penelitian ini. Pengukuran di dalam tissue tubuh tidak mungkin dilakukan karena akan merusak sistem tissue tersebut. Sehingga yang bisa kita ukur adalah cahaya yang terpantulkan kembali dari tissue. Jika perilaku perambatan cahaya dalam tissue bisa diketahui berdasarkan sifat optis tissue yang ada, maka adanya lesi atau tumor dalam jaringan dapat dideteksi dari perubahan perilaku cahaya.
Variasi komponen kimia yang ada dalam
jaringan tubuh manusia memberikan informasi penting terhadap status
kesehatan seseorang. Selain itu menyajikan indikator penting untuk
sejumlah diagnosa klinis dan efek terapi. Pada banyak situasi,
pendeteksian secara kontinu pada konsentrasi kimia ini telah memberikan
manfaat untuk kesehatan modern. Metode pengukuran non-invasif telah
menjadi aspirasi untuk waktu yang lama. Pemanfaatan spektroskopi near-infrared untuk pengamatan konsentrasi komponen darah secara non-invasif telah menjadi topik utama dalam aplikasi biomedikal optik.
Fenomena interaksi antara cahaya dengan
jaringan tubuh antara lain: refleksi, refraksi, hamburan, hamburan dan
polarisasi. Parameter yang berhubungan dengan fenomena tersebut adalah
indeks bias (n), koefisien absorpsi (), koefisien hamburan (),
dan faktor anisotropi (g) dari Henyey–Greenstein. Investigasi lengkap
mengenai interaksi foton dengan jaringan kulit yang ada dalam tubuh
manusia adalah sebuah pembahasan yang menarik. Perjalanan cahaya
melewati tissue adalah masalah yang kompleks. Tidak seperti
foton berenergi tinggi, seperti X-ray maupun laser, cahaya mengalami
hamburan, absorbsi maupun emisi di dalam jaringan kulit.
Salah satu model yang dikembangkan adalah model Radiation Transport (RT). Namun solusi analitik dari model ini menjadi sulit didapatkan karena kompleksitas batas antara tissue dan lingkungan, dan aspek geometri dari tissue dan sumber cahaya[6].
Solusi dari model RT dapat didekati dengan pendekatan numerik Monte
Carlo (MC). Dalam metode Monte Carlo, model stokastik dibangun sehingga
nilai ekspektasi dari suatu variabel acak (atau gabungan dari beberapa
variabel) adalah ekivalen dengan nilai dari kuantitas fisis yang akan
ditentukan. Nilai ekspektasi ini kemudian diestimasi oleh rata-rata dari
sampel independen yang merepresentasikan variabel acak tersebut. Untuk
konstruksi dari sederetan sampel independen tersebut, bilangan acak
mengikuti distribusi dari variabel yang akan diestimasi.
Simulasi MC telah menjadi “gold standard”
dari pemodelan migrasi foton. Perambatan foton menggunakan Simulasi MC
memberikan ketelitian pendekatan yang fleksibel pada transpor foton
dalam jaringan keruh. Metode tersebut menjelaskan aturan perambatan
foton yang dieksresikan, dalam kasus yang sederhana sebagai distribusi
probabilitas yang mendeskripsikan step size dari pergerakan
foton diantara peristiwa interaksi foton-jaringan. Bagaimanapun juga,
metode ini sebenarnya adalah berdasarkan pada statistik dan mengandalkan
pada perhitungan perambatan foton dengan banyak foton dengan
menggunakan komputer. Sehingga, metode ini membutuhkan waktu yang lama
dalam simulasinya.
Metode MC adalah simulasi berdasarkan
pergerakan energi cahaya yang dinyatakan dalam bentuk intensitas energi
cahaya yang melalui sistem. Simulasi menjadi pekerjaan yang lebih
sederhana karena energi adalah besaran skalar yang tidak memperhatikan
fasa dan polarisasi. Kompleksitas jaringan dan fenomena hamburan yang
banyak terjadi dalam jaringan menyebabkan kontribusi interferensi cahaya
dapat diabaikan. Sehingga dalam simulasi MC mengabaikan peristiwa
polarisasi, fasa dan interferensi.
Inhomogenitas sifat optik tissue menentukan jalur optik cahaya yang merambat di dalamnya. Adanya perbedaan sifat optik dari tissue
normal, seperti tumor, menyebabkan perbedaan jalur lintasan optik.
Sehingga posisi kanker dapat dideteksi dengan mengetahui lintasan
optiknya. Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Tianxin Gao dan Jing Bai yang menunjukkan bahwa jalur optik dapat
digunakan dalam penentuan lokasi fokus dari deteksi kanker payudara.
Tumor dapat dianggap sebagai cromophore. Cromophore adalah partikel dalam tissue yang memiliki sifat optik berbeda terhadap tissue disekitarnya.
Dari beberapa penelitian yang telah
disebutkan di atas, bisa disimpulkan bahwa simulasi MC dapat digunakan
untuk mengestimasi jalur lintasan foton dalam tissue. Sehingga dari simulasi tersebut kita bisa menentukan posisi dan konsentrasi tumor yang ada di dalam tissue tanpa melakukan pembedahan secara langsung.
Namun simulasi ini harusnya dikonfirmasi
kebenarannya dengan melakukan eksperimen. Sehingga hasil yang didapatkan
menjadi lebih sempurna.
Keren.. lagi-lagi dengan bantuan cahaya kita dapat mengetahui distribusi menyebarnya penyakit no satu yang paling ganas seluruh dunia yaitu penyakit kanker.. Dengan kita mengetahui secara pasti posisi dari bertenggernya suatu bibit penyakit maka kita dapat memusnahkannya dengan tepat sasaran sampai ke akar-akarnya...
BalasHapusMangkanya itu, sudah terbukti kan manfaat belajar ilmu fisika. Jadi gak perlu ragu untuk memperdalam ilmu fisika sebab selain fisika itu keren dan unik, konsepnya juga dapat bermanfaat untuk kesejahteraan umat manusia..
BalasHapus